Pages

Rabu, 14 Januari 2015

MIMPI YANG SEMPURNA



MIMPI YANG SEMPURNA

Suara nyaring ayam berkokok membangunkan seorang gadis dari tidur lelapnya, di sayup-sayup matanya terlihat cahaya mentari menembus celah-celah  anyaman bambu dari dinding kamarnya.   “Hari ini aku harus bisa membuktikan pada mereka dan dunia bahwa AKU BISA” gumam Mutiara dalam hati. Kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap-siap sekolah.

Mutiara            : “ yah rara berangkat dulu, satu minggu lagi rara udah mau ujian nasional. Terus nanti rara pengen nglanjutin kuliah ke perguruan tinggi” (sembari cium tangan ayah dan ibunya)
Ibu                   :  “ Ra, kamu tau kita itu orang susah untuk hidup aja utang sana sini, apalagi kalo kamu kuliah, mau bayar pake apa ra? ( kata ibunya dengan ketus)
Ayah               : “ Emang benar kata ibumu tapi Ra asal kamu sungguh-sungguh pasti kamu pasti bisa, ingat mimpi itu akan terwujud jika terus kamu kejar ra.
Mutiara            : “ Hah  emang mimpi itu bisa dikejar yah, berarti rara harus lari dong yah? “
Ayah               : “ Rara kok malah bercanda, ayah serius “
Mutiara            : “ Iya yah iya rara tau kok maksudnya. Yaudah rara berangkat dulu. Daaaaa ( sambil berjalan keluar rumah dan melambaikan tangannya)

***

            Ujianpun telah berakhir, Rara sangat bersemangat karena hari itu dia yakin mendapat nilai yang terbaik untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpinya yaitu masuk ke perguruan tinggi yang dia inginkan. Dia tak memikirkan keadaan perekonomian keluargannya yang bisa terbilang pas-pasan, yang ada dibenaknya hanyalah cita-cita dan perubahan untuk keluarganya.

Ibu guru          : “rara” ( tegur guru  BK dengan ramah)
Mutiara            : “iya buk, ada apa ya?” ( mengernyitkan kening)
Ibu guru          : “selamat ya rara, kamu diterima di perguruan tinggi yang selama ini kamu idam-idamkan, tanpa tes dan Tanpa ada biaya sepeserpun.”
Mutiara            : “ah yang bener buk? Ibu nggak bercanda kan? Trimakasih Tuhan, telah mengabulkan doaku” (sambil meloncat kegirangan)
Ibu guru          :  “Iya ra benar, kamu memang anak yang cerdas, semoga kamu tetap bisa mempertahankan bahkan meningkatkan prestasimu dan tidak boleh berhenti di tengah jalan”
Mutiara            : “iya buk itu pasti, rara akan berjuang lebih keras lagi agar bisa menjadi yang terbaik (senyum kecil)
***


Haripun terus berlalu, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari mutiara lalui dengan semangat yang membara dan dengan pikiran untuk mewujudkan mimpi-mimpinya untuk merubah nasip keluarganya kelak. Namun tak seperti biasa, hari itu rara merasakan nyeri dahsyat di kepalanya. Rani teman sekampus rara menjadi agak binggung karena rara berulang-ulang memukuli kepalanya.

Rani                 : “hey ra, kamu kenapa ?”
Mutiara            : “ga tahu ni ran, kepalaku sakit banget. Aduuhhh” (sambil memegang kepalannya)
Rani                 : ”mungkin kamu sakit ra, lebih baik kamu pulang saja ntar aku yang antar kamu ke rumahmu.”
 Mutiara           : “iya ran, mungkin aku kecapekaan, akhir-akhir ini aku begadang dan kurang tidur. Trimakasih rani udah mau nganter rara.”

Tak lama kemudian rara sampai di rumah, sakit di kepalanya semakin menjadi jadi. Namun saat dia bertemu kedua orang tuanya rara tak memasang muka bahwa dia sedang sakit, dia tersenyum menandakan bahwa dia baik-baik saja.

Ayah               : “loh kok rara jam segini udah pulang” (sambil melihat jam tangannya)
Mutiara            :”ngga apa-apa yah, tadi kepala rara sedikit pusing” (melempar senyum manis pada ayahnya)
Ayah               :”loh kamu sakit ra? Kok ga bilang-bilang sama ayah? Yaudah Ayok kita ke dokter ”
Mutiara            :”hhehe, ngga usah yah, rara baik-baik saja kok.”
Ayah               :”mmmb ini anak ayah bandel banget sih, yaudah sekarang rara istirahat dulu! Ayah mau pergi menyusul ibumu ke pasar, mau bantu jualan.
Mutiara            :”oke yah, ayah hati-hati di jalan” (sembari mencium tangan ayahnya)
Ayah               :”pasti nak, pasti.”

***

Karena sakit kepalanya tidak kunjung membaik diam-diam rara pergi ke rumah sakit sendirian tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dia memakai uang yang ada dalam tabungan yang selama ini dia kumpulkan. Dokter memberi tahu bahwa rara memiliki penyaki tumor otak. Saat rara tahu bahwa dia mengidap tumor otak, dia merasa hancur dan tak tahu dia harus kemana dan apakah daia masih bisa mewujudkan mimpi-mimpinya? Banyak pertanyaan di benaknya yang sulit sekali dia jawab. Saat rara pulang senyum manis itu berubah seketika.

Mutiara            : “aku, aku hanya sendiri, apa aku bisa? Apa aku sanggup? Tuhan kenapa Engkau memberikan cobaan seberat ini, aku masih ingin mewujudkan mimpi-mimpi itu dan aku juga masih ingin melihat mereka tersenyum bangga padaku.”(rara bergumam di dalam hatinya, tak disadari air matanya pun menetes)
Ayah               : “Loh kenapa anak ayah menangis?” (mendekati rara yang sedang ada di kamarnya)
Mutiara            : “nggak yah, ni mata rara kelilipan kok nggak nangis.” (sembari menghapus air matanya)
Ayah               :”duh, kelilipan ya? Sini sini ayah tiup” (bergurau)
Mutiara            :”haha ah ayah bisa saja, ne udah sembuh kok”
Ayah               :”oke ra cepet sembuh ya, kalau besok kamu sudah sembuh langsung masuk kuliah lagi ya kesempatan seperti itu tak akan datang dua kali. Tetap semangat kejar mimpi-mimpimu, jangan seperti ayahmu ini tak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.”
Mutiarar          :” pasti ayah, kadang hidup ini memang memilukan yah. Menurutku ayah sudah memeberikan yang terbaik, perhatian ya perhatian dari ayah sudah sangat berarti bagiku yah, aku bisa karna ayah aku mampu karna ayah.”
Ayah               : “Trimakasih ra, kamu memeng anak yang baik.”
Mutiara            : “hhhe ah ayah bisa saja.”

***


Tanpa Mutiara sadari dia termotivasi dengan apa yang ayahnya katakan, “Tetap semangat kejar mimpi-mimpimu“ dan dia yakin di balik cobaan ini pasti tuhan telah memiliki rencana jalan hidup yang lebih baik untuk dia dan keluarganya kelak. Mutiara pun memiliki semangat yang luar biasa, sampai-sampai dia tidak lagi memikirkan akibat dari penyakit yang dia derita Walaupun akibatnya kematian sekalipun. Yang hanya dalam pikirannya adalah mewujudkan segala mimpi-mimpinya menjadi kenyataan. Saat wisuda pun telah tiba, rara kembali membuktikan bahwa dia adalah yang terbaik diantara yang baik.

Ayah               :”selamat nak, sekali lagi kamu membuat ayahmu ini bangga ayah bangga padamu ra” (memeluk rara)
Mutiara            : “trimakasih yah, maaf yah rara hanya bisa memberikan nilai, hanya nilai karna itulah yang bisa rara berikan untuk ayah dan ibu.” (sembari menghapus air mata di pipinya)
Ayah               : “sudah rara itu sudah cukup bagi ayah, tak ada yang berarti lagi untuk ayah dan ibumu selain kamu ra, hanya kamu yang kami miliki, hanya kamu yang berharga dimata kami. Rara teteplah jadi bintang yang paling terang!”
Mutiara            : “pasti ayah, walau mimpi rara sudah terwujud dengan membanggakan ayah dan ibu namun mimpi itu belum sempurna.”
Ayah               : ”kenapa belum sempurna? Menurut ayah kamu sudah memberikan segalanya untuk ayah dan ibumu, memangnya, apa yang kurang ra?”
Mutiara            : ”rara hanya ingin keluarga kita hidup bahagia yah, seperti keluarga yang lain, mereka memiliki tempat tinggal yang nyaman, hidup berkecukupan, tidak di hina dan di remehkan sama orang lain. Ya hanya itu yang rara inginkan yah.” (memeluk ayahnya)
Ayah               : “apa yang kamu katakan itu ada benar ra, tapi ayah dan ibu tak akan meminta yang lebih darimu, cukup kamu bersama ayah dan ibumu jangan pergi karna hanya rara yang berharga, jagalah bapak ibumu ini! Kita sudah tidak punya keluarga yang dapat di percaya.”
Mutiara            : “ya ayah rara pasti akan bersama ayah dan ibu.” (namun dalam hatinya dia menangis karna penyakitnya mungkin bisa saja mengambilnya tuk tidak bersama kelurganya kapan pun matanya pun kembali berkaca-kaca)

***

Panyakit yang ada dalam diri rara bukanlah penyakit biasa, semakin lama penyakit ini memotong hidup rara dan membatasi rara untuk bersama keluarganya. Tapi rara adalah gadis yang tangguh dia bisa menyelesaikan kuliahnya dan bisa bekerja di perushaan ternama, dia juga bisa membelikan rumah untuk kedua orang tuanya dia benar-benar merubah hidup kedua orang tuanya. Mimpi-mimpinya telah menjadi Sempurna karna dia mau berjuang dia mau berusah, banyak keringat yang berceceran dan yang terpenting adalah tekat yang kuat untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu menjadi sempurna.

0 komentar:

Posting Komentar